12.8.10

Pelajaran "berdialog dengan anak"


Dialog dengan Luqman (5 tahun 10 bulan), selalu alot dan membuat saya harus memeras pikiran. Sebenarnya topik yang diobrolkan seringkali hanyalah sepele, tapi kalau salah merespon, maka jawaban saya nanti akan jadi rujukan yang salah juga buat dia saat menemukan kasus yang sama.
Contohnya adalah ketika kami memisahkan satu buku dari rak dan menyimpannya di atas lemari. Alasan kami, karena setelah disensor, ternyata isi buku itu sangat tidak sesuai buat anak-anak, meski labelnya buku anak.
Luqman protes dan bertanya, “Trus untuk apa buku itu dibeli kalau tidak boleh Ade baca?”
Jawaban saya, “Karena isi buku itu tidak cocok buat anak-anak.”
Pertanyaan berikutnya, “Ya kenapa Mama dan Papa membelinya kalau tahu itu jelek?”
Sambil garuk-garuk kepala, jawaban pun jadi rada panjang, “Ketika kita membeli buku, kita kan tidak bisa membacanya dulu sampai selesai, karena bukunya dibungkus plastik. Jadi, ya terpaksa kita harus baca di rumah. Kalau bagus, silakan baca, tapi kalau jelek berarti nggak usah”.
Sementara dia diam, meski tetap terlihat tak puas. Tapi tak lama, pelan terdengar dia bergumam, ”Apa dong gunanya buku itu nanti?”.
***
Nah, ini cerita kedua. Suatu sore Luqman menemukan satu kemasan saos cabe. Dia ingin sekali mencicipinya tapi saya melarangnya. Tapi kemudian pertanyaan serupa dengan di atas muncul kembali, “Ya kenapa saos itu dibeli kalau nggak boleh dimakan?”.
Saya jawab, “Saos itu ada di dalam bungkus kripik yang kita beli. Kita kan sebenarnya nggak butuh saosnya, tapi kripiknya. Ya, kan?” Luqman mengangguk. ” Jadi, saos itu nggak harus kita makan.” ujar saya.
Pernyataan selanjutnya, “Tapi kan jadi nggak berguna saos itu ada di sini.”
Jawaban saya, “Ya sudah, kasihkan oranglain saja kalau begitu.”
Diam sebentar, terus bertanya lagi, “Tapi kenapa sih nggak boleh makan saos ini?”
Saya bilang, “Yuk, kita lihat bungkusnya. Dibuat dari apa sih saos cabe ini?” Kami pun membacanya, dan tak menemukan bahan yang aneh kecuali Natrium Benzoat.
“Tahu nggak Ade apa itu Natrium Bezoat?”
“Enggak” jawab dia.
“Yuk kita cari tahu sama-sama,” Kami pun berselancar untuk browsing kata natrium benzoat. Salah satu hasilnya adalah ini http://breakthrough-ilmupangan.blogspot.com/2009/04/analisa-natrium-benzoat-pada-produk.html.
Setelah selesai membaca, obrolan belum selesai “Kalau gitu, kenapa dikasihkan ke orang lain? Nanti orang lain juga jadi sakit.”
“Jadi gimana dong? Dibuang aja?”
“Iya. Buang aja.”
Itulah ending dari dialog tentang saos cabe. Panjang banget untuk sampai kata sepakat.
Memang repot dan ribet, tapi percaya aja, suatu hari nanti, saat ia besar dialog panjang dan berbelit ini akan menunjukkan hasilnya, yaitu, sikap kritis dan tak mudah percaya kecuali argumennya bisa dipahami. Mudah-mudahan.